Duri tajam berlari di atas luka, mengorek-ngorek sisa asa yang ada
Mengalir darah segar menyilaukan mata, memerahkan hangatnya sukma
Diam, hanya diam yang ku lakukan, menatap sayu seperti tanpa dosa
Memalingkan wajah tanda putus asa. menutup hinanya mata
Terdiam, terpaku tak berdaya
Tetesan-tetesan darah itu
Memberimu arti, arti bahwa rasa itu ada
Rasa yang memuncak penuh makna menggenggam seisi dunia yang fana
Berdiri tegap bahwa aku bisa
Ya.. Mulutmu itu memang tajam
Bagaikan pedang sang pujangga
Tapi semua itu tak terasa karena aku adalah juara
0 komentar:
Posting Komentar