Mulut, ya semua orang punya itu. Tangan, ya... semua orang juga punya
Terus apa bedanya kau dengan mereka?
Katanya manusia itu sempurna, tapi apa nyatanya?
Mulut cuma untuk bicara-bicara hal yang tak berguna
Mulut cuma untuk menggoreskan luka
Ya, Diamlah itu lebih baik,
Mengendapkan tetesan-tetesan darah dalam dada
Menutup paksa semua luka yang ada
Semua itu memang tak berguna, Hanya buang-buang waktu saja
Memang, tulisanku tak bermakna
Tapi ini semua kuanggap karya paling sederhana
Hanya coretan-coretan luka yang menggerakkan pena
Membuahkan karya sastra walau hanya sekejap mata
Rabu, 29 Mei 2013
Senin, 18 Februari 2013
Tetesan Air Mata
Duri tajam berlari di atas luka, mengorek-ngorek sisa asa yang ada
Mengalir darah segar menyilaukan mata, memerahkan hangatnya sukma
Diam, hanya diam yang ku lakukan, menatap sayu seperti tanpa dosa
Memalingkan wajah tanda putus asa. menutup hinanya mata
Terdiam, terpaku tak berdaya
Tetesan-tetesan darah itu
Memberimu arti, arti bahwa rasa itu ada
Rasa yang memuncak penuh makna menggenggam seisi dunia yang fana
Berdiri tegap bahwa aku bisa
Ya.. Mulutmu itu memang tajam
Bagaikan pedang sang pujangga
Tapi semua itu tak terasa karena aku adalah juara
Mengalir darah segar menyilaukan mata, memerahkan hangatnya sukma
Diam, hanya diam yang ku lakukan, menatap sayu seperti tanpa dosa
Memalingkan wajah tanda putus asa. menutup hinanya mata
Terdiam, terpaku tak berdaya
Tetesan-tetesan darah itu
Memberimu arti, arti bahwa rasa itu ada
Rasa yang memuncak penuh makna menggenggam seisi dunia yang fana
Berdiri tegap bahwa aku bisa
Ya.. Mulutmu itu memang tajam
Bagaikan pedang sang pujangga
Tapi semua itu tak terasa karena aku adalah juara